Download Pantau KTR
Apple App Store Google Play Store

CEGAH TREND PENINGKATAN PEROKOK UNTUK ZERO NEW STUNTING

  • by Pantau KTR
  • June 06, 2023

Surakarta, 28 Mei 2023 Merokok merupakan akitifitas yang berdampak merugikan bagi kesehatan individu, masyarakat dan lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian rokok untuk jaminan kesehatan. Rokok mengandung lebih dari 4000 jenis zat kimia berbahaya bagi kesehatan mulai dari nikotin maupun zat lainnya yang bisa menyebabkan penyakit kanker paru-paru, TBC, Jantung , atau komplikasi yang berujung kematian. Menurut data WHO Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok. Hasil penelitian WHO bekerja sama dengan US National Cancer Institute  menyatakan angka kematian akibat tembakau diproyeksikan meningkat dari enam juta kematian per tahun menjadi delapan juta per tahun pada 2030, dengan lebih dari 80 persen terjadi di negara berpendapatan menengah ke bawah.[1]

Selain menimbulkan berbagai penyakit perilaku merokok pada orangtua diperkirakan berpengaruh pada anak stunting dengan dua cara. Yang bertama, melalui asap rokok orang tua perokok yang memberi efek langsung pada tumbuh kembang anak. Seperti yang disebutkan oleh Ketua Satuan Tugas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH, “Asap rokok mengganggu penyerapan gizi pada anak, yang pada akhirnya akan mengganggu tumbuh kembangnya.” Pengaruh perilaku merokok yang kedua, dilihat dari sisi biaya belanja rokok, membuat orang tua mengurangi “jatah” biaya belanja makanan bergizi, biaya kesehatan, pendidikan dan seterusnya.[2] Hasil survei global penggunaan tembakau pada usia dewasa (Global Adult Tobacco Survey-GATS) selama kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada tahun 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada tahun 2021. Wamenkes menyebutkan salah satu penyebab tingginya prevalensi perokok remaja adalah keterpaparan iklan. Berdasarkan hasil survei terjadi penurunan signifikan dalam memperhatikan iklan, promosi, atau sponsor rokok, namun terjadi peningkatan keterpaparan iklan rokok di internet meningkat 10 kali lipat lebih dalam 10 tahun terakhir, dari 1,9% (2011) menjadi 21,4% (2021).Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menegaskan untuk melakukan upaya upaya penghentian merokok. Dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia Tahun 2023 kolaborasi Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan Yayasan kakak dengan mengedepankan komunitas Anak Muda dan masyarakat mengadakan kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Kegiatan ini dilakukan dalam Car Free Day tepatnya di depan Lodji Gandrung pada tanggal 28 Mei 2023. Kegiatan ini menekankan promosi kesehatan dalam bentuk layanan kesehatan yaitu ukur tensi dan Unit Berhenti Merokok (UBM) yang dilakukan oleh 17 puskesmas Kota Surakarta. Partisipasi masyarakat dalam upaya untuk mencegah trend kenaikan perokok untuk Zero New Stunting


[1] https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170112183607-255-185919/who-rokok-bunuh-sepertiga-populasi-manusia-pada-2030

[2] https://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/konsumsi-rokok-akibatkan-anak-stunting

2024 diwujudkan dengan stand Kampung Bebas Asap Rokok yang sudah dikembangkan oleh Dinas kesehatan melalui puskesmas. Sedangkan partisipasi anak muda dengan berbagai upayanya ditampilkan dalam stand Pemuda Penggerak.

Selain itu juga diadakan  talkshow bersama  anak SMP dan SMA yang merupakan target dari Industri Rokok.  Anak muda yang dijadikan target harus dikuatkan bahwa rokok adalah produk yang tidak normal. Sementara iklan, sponsor dan promosi yang bertebaran di sekitar mereka memberikan informasi yang menyesatkan seolah produk tersebut membuat lebih percaya diri, kesetiakawaan atau lainnya. Hal inilah yang harus ditegaskan lagi bahwa rokok adalah produk yang tidak normal karena menyebabkan beragam dampak buruk pada kesehatan.

Kepala Dinas kesehatan, dr Siti Wahyuningsih menyampaikan,”Menurunkan angka stunting menjadi tanggung jawab banyak pihak baik diantaranya pemerintah,masyarakat, swasta dan semua elemen yang ada. Pengendalian stunting dipengaruhi oleh peningkatan angka perokok. Dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia ini bertujuan untuk  menekan angka perokok pemula.Perannan generasi muda sangat besar sebagai motor pembangunan kesehatan,sehingga mencegah  perokok pemula dan dampak asap rokok sehingga  generasi muda yang cerdas ,sehat dan berkualitas. Pengendalian jumlah perokok akan akan berkontribusi pada PR Bangsa untuk menekan angka stunting dan mewujudkan zero new stunnting 2024.

Peran anak muda dan masyarakat dalam  menekan tren kenaikan perokok menjadi hal yang penting, tetapi juga harus didukung dengan kebijakan yang kuat. Apalagi saat ini RUU Kesehatan yang dibahas harus memiliki kekuatan untuk menekan konsumsi dan peredaran rokok  melalui pelarangan iklan, promosi, dan sponsor rokok dalam bentuk apapun.  Kebijakan ini menjadi dasar mengembangkan kebijakan ditingkat daerah sehingga upaya menurunkan trend perokok  bisa diwujudkan, ujar Shoim Direktur Yayasan KAKAK.